Jumat, 25 Mei 2012

Pembuatan Buffer

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Buffer merupakan larutan yang terdiri dari asam lemah dan garam yang dapat mempertahankan dan menjaga pH. Salah satu sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya. pH larytan ini akan hanya berubah sedikit dengan memberikan sedikit asam kuat atau basa kuat. Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Larutan buffer terdiri dari campuran asam/basa lemah dan basa/asam konjugasinya yang dapat mempertahankan pH di sekitar daerah kapasitas buffer. Larutan buffer dibuat dari senyawa sitrat dan fosfat. Larutan buffer ini tentu saja bukan hanya sekedar suatu pencampuran larutan akan tetapi mempunyai fungsi tersendiri yang mungkin saja dapat bermanfaat. Contohnya saja pada bidang-bidang medis banyak menggunakan larutan penyangga ini akan tetapi dikombinasikan dalam bentuk obat-obatan atau sejenisnya, akan tetapi bagaimana proses kerja larutan penyangga dalam bidang medis ataupun dalam tubuh belum dapat dipahami sepenuhnya sebelum melakukan percobaan. Konsentrasi yang cocok untuk pembuatan larutan penyangga harus sesuai dengan ketentuan dalam prinsip pembuatan larutan buffer. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum ini agar kita mengetahui bagaimana proses pembuatan larutan penyangga ini, sehingga kita mampu mengaplikasikannya kembali.
B. Tujuan Praktikum Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses pembuatan buffer. 2. Untuk mengetahui pengaruh larutan buffer terhadap perubahan pH pada larutan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Buffer Buffer atau Larutan penyangga adalah satu zat yang menahan perubahan pH ketika sejumlah kecil asam atau basa ditambahkan kedalamnya. Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampir setiap analisa membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi masalah tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH optimum serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai impact terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, substrate, atau kofaktor. Sebagai contoh buffer phosphat akan menghambat aktivitas dari beberapa metabolik enzim termasuk karboksilase, fumarase, dan phosphoglucomutase. Barbiturate menghambat phophorilasi oksidatif dan masih banyak efek lain yang diberikan buffer. Oleh karena itu pemilihan buffer terkadang menjadi kesulitan yang cukup merepotkan. Oleh karena itu, gunakan konsentrasi buffer serendah mungkin yang masih dapat untuk memaintain pH Anonima (2011). Buffer dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat. Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun sebaliknya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi Anonimb (2011). Menurut Anonimb (2011) Komponen larutan penyangga terbagi menjadi: 1. Larutan penyangga yang bersifat asam Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. 2. Larutan penyangga yang bersifat basa Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih. B. Fungsi Buffer Buffer memiliki banyak fungsi pada berbagai industri. Di industri farmasi, buffer berfungsi dalam pembuatan obat-obatan, agar zat aktif obat tersebut mempunyai pH tertentu. Di bidang biologi, enzim-enzim dapat bekerja pada pH yang sesuai. Oleh karena itu, pH dapat dibuat sesuai dalam bentuk campuran buffer. Dibidang analisis, campuran buffer dapat digunakan untuk analisis kualitatif atau analisis kuantitatif, misalnya pemisahan protein melalui elektroforesis, penetapan secara kuantitatif ion-ion logam, Pengendapan atau pelarutan suatu senyawa. Sistem buffer juga berfungsi untuk menjaga pH darah agar selalu konstan (Zakir, 2009). C. Prinsip kerja larutan penyangga Menurut Anonimc (2011) Prinsip kerja dari larutan penyangga yang dapat mempertahankan harga pH pada kisarannya adalah sebagai berikut. a. Larutan Penyangga Asam HA/A - HA (aq) --> A - (aq) + H + (aq) • Jika ditambah sedikit asam kuat (H + ) Ion H + dari asam kuat akan menaikkan konsentrasi H + dalam larutan, sehingga reaksi kesetimbangan larutan terganggu; reaksi akan bergeser ke kiri. Namun, basa konjugasi (A - ) akan menetralisir H + dan membentuk HA. A - (aq) + H + (aq) → HA (aq) Kesetimbangan yang baru tidak terdapat perubahan konsentrasi H + yang berarti, besarnya pH dapat dipertahankan pada kisarannya. • Jika ditambah sedikit basa kuat (OH - ) Ion OH - dari basa kuat akan bereaksi dengan H + dalam larutan, sehingga konsentrasi H + menurun dan kesetimbangan larutan terganggu. Oleh karena itu, HA dalam larutan akan terionisasi membentuk H + dan A - ; reaksi kesetimbangan bergeser ke kanan OH - (aq) + H + (aq) → H 2 O (l) HA (aq) → A - (aq) + H + (aq) Kesetimbangan yang baru tidak terdapat perubahan konsentrasi H + yang nyata; pH larutan dapat dipertahankan pada kisarannya. Asam lemah dapat menetralisir penambahan sedikit basa OH - . HA (aq) + OH - (aq) → A - (aq) + H 2 O (l) • Jika larutan penyangga diencerkan Pengenceran larutan merupakan penambahan air (H 2 O) pada larutan. Air (H 2 O) akan mengalami reaksi kesetimbangan menjadi H + dan OH -, namun H 2 O yang terurai sangat sedikit. Jadi, konsentrasi H + dan OH - sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. b. Larutan Penyangga Basa B/BH + B (aq) + H 2 O (l) --> BH + (aq) + OH - (aq) • Penambahan sedikit asam kuat (H + ) H + dari asam kuat dapat bereaksi dengan OH - pada larutan, sehingga konsentrasi OH - menurun dan reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kiri. Basa lemah (B) dalam larutan akan bereaksi dengan H 2 O membentuk asam konjugasinya dan ion OH - . H + (aq) + OH - (aq) → H 2 O (l) B (aq) + H 2 O (l) → BH + (aq) + OH - (aq) Kesetimbangan yang baru tidak terdapat perubahan pH yang nyata, besarnya pH dapat dipertahankan. Basa lemah dapat menetralkan penambahan sedikit asam (H + ). B (aq) + H + (aq) → BH + (aq) • Penambahan sedikit basa kuat (OH - ) Basa kuat (OH - ) dapat meningkatkan konsentrasi OH - dalam larutan, sehingga reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kiri. Namun adanya asam konjugasi (BH + ) dapat menetralkan kehadiran OH - dan membentuk B dan H 2 O. Sehingga pada kesetimbangan tidak terdapat perubahan konsentrasi OH - yang nyata, dan pH larutan dapat dipertahankan. BH + (aq) + OH - (aq) → B (aq) + H 2 O (l) • Penambahan air (pengenceran) Penambahan H 2 O dalam larutan akan langsung terionisasi menjadi H + dan OH -, namun konsentrasi H + dan OH - sangat kecil, sehingga dapat diabaikan.

B. Pencampuran dua larutan Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti CH3COONa dilarutkan dalam aquadest. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi dan mineral tertentu. Untuk jenis larutan padat pada umumnya untuk dijadikan larutan maka akan ditambahkan pelarut berupa air Anonimd (2011).

C. Natrium Asetat Natrium asetat atau natrium etanoat adalah garam natrium dari asam asetat. Senyawa ini merupakan zat kimia berharga terjangkau yang diproduksi dalam jumlah industri untuk berbagai keperluan. Senyawa ini juga kadang dihasilkan dalam eksperimen laboratorium, misalnya reaksi asam asetat dengan natrium karbonat, natrium bikarbonat, atau natrium hidroksida, menghasilkan beberapa basa yang mengandung natrium Anonime (2011).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Aplikasi Biokimia Pasca Panen ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 21 Februari 2011 pukul 08.00–11.00 WITA, bertempat di Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: - gelas kimia - batang pengaduk - elemenyer - pipet volume - burret - bulb - timbangan analitik - pipet mikro Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: - natrium asetat - aquadest - aluminium foil - kertas label - NaOH - CH3COOH - NaH2(PO)4 - tissue roll
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum ini adalah a. Buffer Asetat 1. Larutan CH3COOH 0,2 M sebanyak 500 ml. - Dihitung jumlah bahan yang akan dibutuhkan untuk membuat larutan asam asetat 0,2 M sebanyak 500 ml dengan menggunakan rumus molaritas. - Bahan asam asetat dipipet dengan menggunakan pipet tetes pada ruang asam sesuai dengan jumlah bahan yang telah dihitung yaitu sebanyak 5,99 ml. - Bahan yang sudah ditimbang kemudian ditambahkan dengan aquadest sampai volume larutan mencapai 500 ml kemudian aduk sampai rata. 2. Larutan NaCH3COOH 0,2 M sebanyak 500 ml - Hitung jumlah bahan yang akan dibutuhkan untuk membuat larutan Natrium Asetat 0,2 M sebanyak 500 ml dengan menggunakan rumus molaritas. - Bahan Natrium Asetat ditimbang dengan menggunakan gelas kimia pada timbangan digital sesuai dengan jumlah bahan kimia yang telah dihitung sebelumnya sebanyak 8,2 gram. - Bahan yang sudah ditimbang kemudian ditambahkan aquades sampai volume larutan mencapai 500 ml kemudian aduk sampai rata. - Bahan kemudian diberi label. 3. Bahan (asam asetat) di pipet sebanyak 83 ml kemudian dipindahkan ke elemenyer 1. 4. Bahan (natrium asetat) di pipet sebanyak 17 ml kemudian dipindahkan ke elemenyer 1. 5. Homogenkan larutan dan beri label pada elemnyer b. Buffer Fosfat 1. Larutan NaOH 0,1 M sebanyak 500 ml. - Dihitung jumlah bahan yang akan dibutuhkan untuk membuat larutan Natrium Asetat 0,1 M sebanyak 500 ml dengan menggunakan rumus molaritas. - NaOH ditimbang dengan menggunakan gelas kimia pada timbangan digital sesuai dengan jumlah bahan kimia yang telah dihitung sebelumnya sebanyak 2 gram. - Bahan yang sudah ditimbang kemudian ditambahkan aquades sampai volume larutan mencapai 500 ml kemudian aduk sampai rata. - Bahan kemudian diberi label. 2. Larutan NaOH 45 ml di pipet sebanyak 9,1 ml kemudian dipindahkan ke elemenyer 2. 3. Bahan (natrium fosfat) di pipet sebanyak 50 ml kemudian dipindahkan ke elemenyer 2. 4. Ditambahkan aquadest sebanyak 5 ml aquadest ke elemenyer 2. 5. Dihomogenkan larutan dan beri label pada Erlenmeyer. -

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil praktikum kali ini disajikan dalam bentuk tabel Tabel 01. Hasil Perhitungan Buffer Asetat Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 x ml 92 88 83 17 22 32 43 pH 3,6 3,8 4,0 5,4 5,2 5,0 4,8 Natrium Asetat 8 12 17 83 78 18 57 Sumber : Data Primer Hasil Praktikum Aplikasi Biokimia Pasca Panen, 2011 Tabel 02. Hasil Perhitungan Buffer Fosfat Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 x ml 3,5 5,8 9,1 47 45 43 40 pH 5,8 6,0 6,2 8,0 7,8 7,6 7,4 Natrium Asetat 50 50 50 50 50 50 50 Air 46,5 44,2 40,9 3 5 7 10 Sumber : Data Primer Hasil Praktikum Aplikasi Biokimia Pasca Panen, 2011
B. Pembahasan o Larutan Natrium Asetat 0,2 M sebanyak 500 ml Natrium Asetat 0,2 M yang akan dibuat larutan dengan menggunakan volume sebanyak 500 ml. Natrium Asetat yang digunakan dalam praktikum ini yakni dalam bentuk padatan. Untuk melarutkan dalam pelarut dicari beratnya dengan menggunakan rumus molaritas x Mr maka berat adalah 8,2 gram. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2010b) bahwa untuk jenis padatan yang dibuat larutan maka ditambahkan dengan air agar dapat terbentuk larutan. o Buffer Asetat 83 ml Buffer Asetat dibuat dengan cara mempipet larutan asam asetat sebanyak 83 ml dan natrium asetat sebanyak 17 ml kemudian dihomogenkan. Hal ini dilakukan untuk membantu mengatasi perubahan pH yang berlebihan yang terjadi pada saat pembuatan larutan. Hal ini sesuai dengan Anonima (2011) bahwa buffer merupakan satu zat yang menahan perubahan pH ketika sejumlah kecil asam atau basa ditambahkan kedalamnya. Buffer atau larutan penyangga adalah satu zat yang menahan perubahan pH ketika sejumlah kecil asam atau basa ditambahkan kedalamnya. Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Hal ini sesuai dengan Anonima (2011) bahwa buffer dapat mempertahankan perubahan pH pada saat reaksi kimia berlangsung. Buffer dapat mempertahankan nilai pH tertentu karena larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun basa lemah dan asam konjugatnya. Larutan penyangga ini terdiri atas larutan penyangga bersifat asam dan larutan penyangga basa. Hal ini sesuai dengan Anonimb (2011) bahwa Buffer dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat. o Buffer Fosfat Pembuatan buffer fosfat dalam praktikum ini dibuat denagn cara menambahkan 50 ml Natrium hydrogen fosfat denagn NaOH 45 ml dan aquades 5 ml, sehingga menacapai volume 100 mL. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim (2011a), bahwa prosedur pembuatan buffer fosfsat dengan cara menambahakan larutan NaOH dengan larutan natrium fosfat dengan volume yang telah ditentukan agar mendapatkan pH buffer tertentu.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah: 1. Larutan buffer dibuat dengan cara menambahkan senyawa asam dan basa 2. Pengaruh larutan buffer terhadap perubahan pH pada larutan adalah walaupun di tambahakan sedikit asam atau sedikit basa pH-nya hanya sedikit berubah.
B. Saran Saran kami untuk praktikum selanjutnya agar pada pembuatan larutan buffer tidak hanya membuat larutan buffer saja tetapi dengan mengukur pH larutan agar kita dapat mengetahui pengaruh perubahan penambahan asam atau basa pada larutan buffer.

DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2011. Buffer. http://www. com/doc/31401403/Laporan-Praktikum-Bioselmol-Larutan-Bufferi. Akses tanggal Februari 2011. Makassar. Anonimb, 2011. Pengaruh Buffer Terhadap pH http://www. /Laporan-Praktikum-Bioselmol-Larutan-Buffer. Akses tanggal Februari 2011. Makassar. Anonimc, 2011. Prinsip Kerja Larutan Penyangga. http://sahri.ohlog.com/larutan-buffer.cat3433.html. Akses tanggal Februari 2011. Makassar. Anonimd, 2011. Natrium Asetat. http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_asetat. Akses tanggal Februari 2011. Makassar. Zakir, dkk. 2009. Kimia Dasar. UPT MKU Universitas Hasanuddin. Makassar

PEMBUATAN LARUTAN BUFFER

PEMBUATAN LARUTAN BUFFER


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Larutan yang biasa kita praktikumkan salah satunya adalah larutan buffer atau sering juga disebut sebagai larutan penyangga. Berbagai teori mungkin kita telah baca bahwa larutan penyangga ini merupakan larutan yang dapat mempertahankan pH namun belum sepenuhnya dimengerti bagaimana sebenarnya sehingga larutan penyangga ini dapat berfungsi seperti itu. Pemahaman tentang bagaimana larutan penyangga ini bisa terbentuk akan sangat jelas setelah kita melihatnya sendiri, terbentuk dari campuran larutan apa saja larutan penyangga tersebut, bagaimana takaran atau ukuran atau lebih sering disebut konsentrasi tertentu dalam pembuatan campuran larutan buffer tersebut. Larutan buffer ini tentu saja bukan hanya sekedar suatu pencampuran larutan akan tetapi mempunyai fungsi tersendiri yang mungkin saja dapat bermanfaat. Contohnya saja pada bidang-bidang medis banyak menggunakan larutan penyangga ini akan tetapi dikombinasikan dalam bentuk obat-obatan atau sejenisnya, akan tetapi bagaimana proses kerja larutan penyangga dalam bidang medis ataupun dalam tubuh belum dapat dipahami sepenuhnya sebelum melakukan percobaan. Konsentrasi yang cocok untuk pembuatan larutan penyangga harus sesuai dengan ketentuan dalam prinsip pembuatan larutan buffer. Pembuatan larutan buffer ini akan terbentuk ketika dalam prosesnya memenuhi standar atau prosedur yang memang harus ada dalam proses pembuatannnya. Konsentrasi larutan penyangga, campuran apa saja yang bias jadi larutan penyangga, prinsip kerja larutan penyangga sudah diatur sehingga dapat terbentuk larutan penyangga yang diinginkan, oleh karena itu perlu dilakukan praktikum ini agar kita mengetahui bagaimana proses pembuatan larutan penyangga ini.

B. Tujuan Praktikum Adapun tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini adalah: 1. Mengetahui cara pembuatan larutan buffer. 2. Mengetahui konsentrasi larutan yang digunakan dalam pembuatan larutan buffer.

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Larutan Buffer

Larutan buffer adalah mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Komponen larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutanyang digunakan untuk Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan larutan bersifat asam.dan basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan bersifat basa (Mulyono, 2008).

B. Fungsi Larutan Buffer Menurut Anonim (2004), fungsi larutan buffer yaitu sebagai berikut : a. F ungsi Larutan Penyangga dalam tubuh manusia Reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia merupakan reaksi enzimatis, yaitu reaski yangmelibatkan enzim sebagai katalis. Enzim sebagai katalis hanya dapat bekerja dengan baik padapH tertentu (pH optimumnya). Agar enzim tetap bekerja secara optimum, diperlukan lingkunganreaksi dengan pH yang relative tetap, unutk itu maka diperlukan larutan penyangga. b. Fungsi Larutan penyangga dalam industrI .Dalam indutri farmasi, larutan penyangga berperan untuk pembuatan obat-obatan agar zat aktif dari obat tersebut mempunya pH tertentu. Selain itu larutan penyangga juga digunakan unutk industri makanan dan minuman ringan seperti yang sering digunakan adalah Natrium asetat dan asam sitrat. c. Menjaga keseimbangan pH tanaman. Suatu metode penanaman dengan media selain tanah, biasanya ikerjakan dalam kamar kacadengan menggunakan mendium air yang berisi zat hara, disebut dengan hidroponik Setiap tanaman memiliki pH tertentu agar dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan larutan penyangga agar pH dapat dijaga.

C. Prinsip Kerja Larutan Buffer Pengaruh penambahan sedikit asam dan basa terhadap penyangga. Jika ke dalam larutan penyangga ditambahkan sedikit asam, maka asam tersebut akan bereaksi dengan zat yang bersifat basa. Begitu juga sebaliknya, jika ditambahkan sedikit basa, basa tersebut akan bereaksi dengan zat yang bersifat dengan zat yang beersifat asam. Misalnya larutan penyangga yang terbentuk dari campuran asam lemak CH3COOH dan basa konjugasinya (ion CH3COOH). Jika ke dalam campuran tersebut ditambahkan sedikit asam misalnya HCl akan terjadi reaksi : CH3COO- + HCl CH3COOH + Cl- Berdasarkan reaksi ini jumlah basa konjugat (ion CH3COO-) akan berkurang dan asam lemah CH3COOH akan bertambah. Mekanisme penambahan asam ke dalam larutan penyangga akan menurunkan konsentrasi basa konjugasi dan meningkatkan konsentrasi asam. Perubahan ini tidak menyebabkan perubahan pH yang besar. Namun jika dalam campuran tersebut ditambahkan sedikit basa, misalnya terjadi reaksi : CH3COOH + NaOH CH3COO- + Na+ + H2O Berdasarkan reaksi ini berarti jumlah asam lemah CH3COOH akan berkurang dan basa konjugasi (ion CH3COO-) akan bertambah. Seperti pada penambahan sedikit asam, perubahan ini pun tidak menyebabkan perubahan pH yang besar (Sutresna, 2007). D. Perhitungan Buffer Menurut Anonjm (2004) pembuatan larutan buffer dapat dilakukan dengan cara menentukan konsentrasi dan pH larutan yang akan dibuat dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 1. Larutan penyangga asam Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut [H+] = Ka x a/g atau pH = p Ka - log a/g keterangan: Ka = Tetapan ionisasi asam lemah a = Jumlah mol asam lemah g = Jumlah mol basa konjugasi 2. Larutan penyangga basa Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut: [OH-] = Kb x b/g Atau pH = p Kb - log b/g dengan, Kb = tetapan ionisasi basa lemah b = jumlah mol basa lemah g = jumlah mol asam konjugasi E. Pengenceran Pengenceran adalah berkurangnya rasio zat terlarut di dalam larutan akibat penambahan pelarut. Sebaliknya pemekatan adalah bertambahnya rasio konsentrasi zat terlarut di dalam larutan akibat penambahan zat terlarut. Dalam laboratorium kimia selalu terjadi kegiatan pengenceran. Umumnya tersedia zat padat atau larutan dalam konsentrasi yang besar atau dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Sehingga menyiapkan larutan atau mengencerkan zat menjadi kegiatan rutin. Untuk pengenceran, misalnya 50 mL larutan CuSO4 dengan konsentrasi 2 M, diubah konsentrasinya menjadi 0.5 M. Dalam benak kita tentunya dengan mudah kita katakan tambahkan pelarutnya, namun berapa banyak yang harus ditambahkan. Perubahan konsentrasi dari 2 M menjadi 0.5 M, sama dengan pengenceran 4 kali, yang berarti volume larutan menjadi 4 kali lebih besar dari 50 mL menjadi 200 mL (Sutresna, 2008). Penentuan konsentrasi larutan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut, menurut Sutresna (2008) yaitu : 1. Bagaimana menyatakan perbandingan antara zat terlarut dan pelarut. 2. Wujud senyawa, zat atau komponen pembentuk larutan tidak sama. 3. Jumlah zat terlarut yang dinyatakan sebagai massa, mol, massa ekuivalen, massa formula. 4. Jumlah maksimum zat terlarut dalam jumlah tertentu pelarut yang masih dapat membentuk larutan homogen.

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Biokimia Pasca Panen ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 21 Februari 2011, pukul 08.00 – 11.00, bertempat di Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum pencoklatan buah beku yaitu: - gelas erlenmeyer - pipet volume - gelas kimia - pengaduk - lemari asam - bulp digital - bulp karet - timbangan analitik Bahan yang digunakan pada praktikum pencoklatan buah beku yaitu: - asam asetat 0,2 M - natrium asetat 0,2 M - Na HCO3 0,1 M - Na2CO3 0,1 M - asam sitrat 0,05 M - natrium sitrat 0,05 - NaOH 0,1 M - NaH2PO4 0,2 M

C. Prosedur Praktikum

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah : a). Larutan asam asetat 0,2 M sebanyak 500 ml 1. Dihitung jumlah bahan yang akan dibutuhkan untuk membuat larutan asam asetat 0,2 M sebanyak 500 ml dengan menggunakan rumus molaritas. 2. Bahan asam asetat dipipet dengan menggunakan pipet tetes pada ruang asam sesuai dengan jumlah bahan yang telah dihitung yaitu sebanyak 5,99 ml. 3. Bahan yang sudah ditimbang kemudian ditambahkan dengan aquadest sampai volume larutan mencapai 500 ml kemudian aduk sampai rata. b). Buffer asetat 88 ml 1. Bahan (asam asetat) dipipet sebanyak 88 ml kemudian dipindahkan ke Erlenmeyer. 2. Bahan (natrium asetat) dipipet sebanyak 12 ml kemudian dipindahkan ke Erlenmeyer. 3. Homogenkan larutan dan beri label pada Erlenmeyer.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini sebagai berikut : Tabel 01. Hasil Pembuatan Larutan Buffer Asetat Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 CH3COOH (ml) 92 88 83 17 22 32 43 pH 3,6 3,8 4,0 4,2 4,4 4,6 4,8 CH3COONa (ml) 8 12 17 83 78 18 57 Sumber: Data Hasil Praktikum Aplikasi Biokimia, 2011 Tabel 02. Hasil Pembuatan Larutan Buffer Fosfat Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 NaOH (ml) 3,5 5,8 9,1 47 45 43 40 pH 5,8 6,0 6,2 8,0 7,8 7,6 7,4 NaH2PO4 (ml) 50 50 50 50 50 50 50 Aquadest (ml) 46,5 44,2 40,9 3 5 7 10 Sumber: Data Hasil Praktikum Aplikasi Biokimia, 2011

B. Pembahasan
Larutan buffer adalah campuran antara basa/asam lemah dengan asam/basa konjugasinya yang dapat mempertahankan pH baik dengan adanya penambahan asam kuat dan basa kuat maupun adanya pengenceran. Hal ini dengan sesuai pernyataan Mulyono (2008) bahwa larutan buffer adalah mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Fungsi buffer pada reaksi kimia adalah larutan yang dapat mempertahankan pH karena pada reaksi kimia pada cairan tubuh manusia bersifat enzimatik yaitu reaksi yang bersifat enzim sebagai katalis yang dapat bekerja secara optimum apabila pH tetap sehingga diperlukan larutan penyangga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim (2004) bahwa reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia merupakan reaksi enzimatis, yaitu reaski yangmelibatkan enzim sebagai katalis. Enzim sebagai katalis hanya dapat bekerja dengan baik padapH tertentu (pH optimumnya). Agar enzim tetap bekerja secara optimum, diperlukan lingkunganreaksi dengan pH yang relative tetap, unutk itu maka diperlukan larutan penyangga. Pembuatan larutan buffer asetat, pH larutan buffer cenderung tetap, artinya perubahan pH yang terjadi tidak terlalu besar. Hal ini terjadi karena larutan buffer asetat terbentuk dari asam lemah (CH3COOH) dan basa konjugasinya (CH3COO-), sehingga pada larutan buffer terjadi pergeseran kesetimbangan. Kesetimbangan ini terbentuk karena pada larutan buffer asetat konsentrasi basa konjugasinya akan mengalami penurunan dan konsentrasi asam akan mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutresna (2007), bahwa jika ke dalam campuran tersebut ditambahkan sedikit basa NaOH, akan terjadi reaksi: CH3COOH + NaOH CH3COO- + Na+ + H2O Berdasarkan reaksi tersebut, berarti jumlah asam lemah CH3COOH akan berkurang dan basa konjugasi (ion CH3COO-) akan bertambah. Pembuatan larutan buffer fosfat, pH larutan buffer cenderung tetap, artinya perubahan pH yang terjadi tidak terlalu besar. Hal ini terjadi karena larutan buffer fosfat terbentuk dari basa lemah (NaOH) dan asam konjugasinya (Na+), sehingga pada larutan buffer terjadi pergeseran kesetimbangan. Kesetimbangan tersebut terbentuk karena pada larutan buffer fosfat konsentrasi asam konjugasinya akan mengalami peningkatan dan konsentrasi basa lemahnya akan mengalami penurunan, sehingga pH larutan penyangga larutan buffer dapat cenderung tetap. Hal ini sesuai dengan Anonim (2004), bahwa jika ke dalam campuran tersebut ditambahkan sedikit basa NaOH, akan terjadi reaksi: CH3COOH + NaOH CH3COO- + Na+ + H2O Berdasarkan reaksi tersebut, berarti jumlah asam lemah CH3COOH akan berkurang dan basa konjugasi (ion CH3COO-) akan bertambah. Praktikum pembuatan buffer yang telah dilakukan, dibuat dengan menentukan jumlah konsentrasi larutan garan dan asam yang perlukan. Hal ini di tentukan dengan melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus hal ini sesuai dengan Anonim (2004) yang menyatakan bahwa Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut [H+] = Ka x a/g atau pH = p Ka - log a/g keterangan: Ka = Tetapan ionisasi asam lemah a = Jumlah mol asam lemah g = Jumlah mol basa konjugasi

V. PENUTUP

A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini : 1. Larutan buffer berfungsi untuk mempertahankan nilai pH karena larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. 2. Larutan buffer sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam industri maupun dalam tubuh manusia.
B. Saran Saran untuk laboratorium sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum agar dipersiapkan agar tidak menyita waktu pada saat pelaksanaan praktikum dan pada praktikum pembuatan larutan buffer selanjutnya.

LAMPIRAN

Lampiran 01. Perhitungan pengenceran asam asetat 100% menjadi asam asetat 0,2 M sebanyak 500 ml ml Lampiran 02. Perhitungan pembuatan larutan natrium asetat 0,2 M sebanyak 500 ml gram Lampiran 03. Perhitungan larutan buffer asetat dengan pH 3,6 Jadi asam asetat sebanyak 96 ml Natrium asetat sebanyak (100-x) sebanyak 4 ml Lampiran 04. Perhitungan larutan buffer asetat dengan pH 3,8 Jadi asam asetat sebanyak 94 ml Natrium asetat sebanyak (100-x) sebanyak 6 ml Lampiran 05. Perhitungan larutan buffer asetat dengan pH 4,0 Jadi asam asetat sebanyak 91 ml Natrium asetat sebanyak (100-x) sebanyak 9 ml Lampiran 06. Perhitungan larutan buffer asetat dengan pH 5,4 Jadi asam asetat sebanyak 28 ml Natrium asetat sebanyak (100-x) sebanyak 72 ml Lampiran 07. Perhitungan larutan buffer asetat dengan pH 5,2 Jadi asam asetat sebanyak 14 ml Natrium asetat sebanyak (100-x) sebanyak 76 ml Lampiran 08. Perhitungan larutan buffer asetat dengan pH 5,0 Jadi asam asetat sebanyak 50 ml Natrium asetat sebanyak (100-x) sebanyak 50 ml Lampiran 09. Perhitungan larutan buffer asetat dengan pH 4,8 Jadi asam asetat sebanyak 61 ml Natrium asetat sebanyak (100-x) sebanyak 49 ml

KEPIK MANGGA PADA MANGGA dan BERCAK DAUN PADA ANGGREK

TUGAS AGRIBISNIS TANAMAN HORTIKULTURA


I. PENDAHULUAN

Kondisi iklim di Indonesia sangat baik untuk menanaman berbagai macam tanaman hortikultura dan tanaman hias seperti, mangga dan anggrek. Perkembangan hortikultura di Indonesia hingga saat ini, belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini antara lain disebabkan karena hortikultura perlu penanganan yang serius, modal besar, dan berisiko tinggi. Selain itu, harga produk hortikultura rendah dan berfluktuasi sehingga memperbesar risiko rugi bagi petani. Adanya dorongan pemerintah dalam sistem agribisnis yang berbasis hortikultura, diharapkan perkembangan hortikultura berjalan pesat. Pengembangan agribisnis berbasis hortikultura merupakan integrasi yang komprehensif dari semua komponen agribisnis yang terdiri dari lima subsistem, yaitu subsistem agribisnis hulu; subsistem usahatani; subsistem pengolahan; subsistem pemasaran; dan subsistem penunjang. Proses pengolahan/pengawetan merupakan salah satu bentuk kegiatan agribisnis hortikultura yang bertujuan untuk mengubah bentuk fisik menjadi bentuk fisik lain yang tahan simpan. Selain itu, kemampuan melihat peluang dan potensi, serta mengatasi kendala yang ada merupakan usaha untuk meningkatkan pengembangan hortikultura yang berorientasi pada agribisnis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. MANGGA

Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Anarcadiaceae Genus : Mangifera Spesies : Mangifera spp. Jenis yang banyak ditanam di Indonesia Mangifera indica L. yaitu mangga arumanis, golek, gedong, manalagi dan cengkir dan Mangifera foetida yaitu kemang dan kweni. Hama 1. Kepik mangga (Cryptorrhynoccus gravis) Menyerang buah dan masuk ke dalamnya. Pengendalian: dengan semut merah yang menyebabkan kepik tidak bertelur. 2. Bubuk buah mangga Menyerang buah sampai tunas muda. Kulit buah kelihatan normal, bila dibelah terlihat bagian dalamnya dimakan hama ini. Pengendalian: memusnahkan buah mangga yang jatuh akibat hama ini, menggunakan pupuk kandang halus, mencangkul tanah di sekitar batang pohon dan menyemprotkan insektisida ke tanah yang telah dicangkul. 3. Bisul daun(Procontarinia matteiana.) Gejala: daun menjadi berbisul dan daun menjadi berwarna coklat, hijau dan kemerahan. Pengendalian: penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yang terserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dan memperbaiki aerasi. 4. Lalat buah Gejala: buah busuk, jatuh dan menurunkan produktivitas. Pengendalian: dengan memusnahkan buah yang rusak, memberi umpan berupa larutan sabun atau metal eugenol di dalam wadah dan insektisida. 5. Wereng ( Idiocerus clypealis, I. Niveosparsus, I. Atkinsoni) Jenis wereng ini berbeda dengan yang menyerang padi. Wereng ini menyerang daun, rangkaian bunga dan ranting sambil mengeluarkan cairan manis sehingga mengundang semut api untuk memakan tunas atau kuncup. Cairan yang membeku menimbulkan jamur kerak hitam. Pengendalian dengan insektisida Diazinon dan pengasapan seminggu empat kali. 6. Tungau (Paratetranychus yothersi, Hemitarsonemus latus) Tungau pertama menyerang daun mangga yang masih muda sedangkan yang kedua menyerang permukaan daun mangga bagian bawah. Keduanya menyerang rangkaian bunga. Pengendalian dengan menyemprotkan tepung belerang,insektisida Diazinon atau Basudin. 7. Codot Memakan buah mangga di malam hari. Pengendalian: dengan membiarkan semut kerangkeng hidup di sela daun mangga, memasang kitiran angin berpeluit dan melindungi pohon dengan jarring (Anonim, 2008).

B. Anggrek Penyakit

Bercak daun Cercospora spp. 1) Tanaman inang : Semua jenis anggrek terserang oleh penyakit ini, terutama yang ditanam di tempat terbuka, seperti Vanda sp., Arachnis sp., Aranda sp., Aeridachnis sp. dan sebagainya. 2) Gejala serangan : Penyakit timbul hanya apabila keadaan lingkungan lembab. Mula-mula pada sisi bawah daun yang masih muda timbul bercak kecil berwarna coklat. Bercak-bercak dapat berkembang melebar dan memanjang, dan dapat bersatu membentuk bercak yang besar. Pada pusat bercak yang berwarna coklat keputihan, cendawan membentuk kumpulan-kumpulan konidiofor dengan konidium, yang bila dilihat dengan kaca pembesar (loupe) tampak seperti bintik-bintik hitam kelabu. Pusat bercak akhirnya mengering dan dapat menjadi berlubang. Gejala ini lebih banyak terdapat pada daun-daun tua. 3) Morfologi / Epidemiologi : Konidium cendawan ini berbentuk gada panjang bersekat 3-12. Konidiofor pendek, bersekat 1-3, cendawan dapat terbawa oleh benih dan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim. Cuaca yang panas dan basah membantu perkembangan penyakit. Penyakit dapat timbul pada tanaman muda, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua (Anonim, 2010a) Pengendalian hama penyakit anggrek a. Fisik Media tumbuh disucihamakan dengan uap air panas agar tanaman bebas dari OPT yang dapat ditularkan melalui media tumbuh. Untuk menghindari penularan virus, usaha sanitasi harus dilakukan meliputi sterilisasi alat-alat potong. Setelah dicuci bersih alat-alat potong dipanaskan dalam oven pada suhu 149°C selama 1 jam. b. Mekanis Pengendalian secara mekanis dilakukan bilamana serangga hama dijumpai dalam jumlah terbatas. Misalnya pada pagi dan sore hari kumbang gajah dapat dijepit dengan jari tangan dan dimatikan. Demikian pula kutu tempurung pada daun anggrek dapat didorong dengan kuku, tetapi harus dilakukan secara hati-hati lalu dimatikan. Keong besar atau yang kecil dengan mudah dapat ditangkap pada malam hari dan dimusnahkan. Dengan membersihkan sampah dan gulma, maka keong tidak mempunyai kesempatan untuk bersarang dan bersembunyi. Pengendalian secara mekanis juga dilakukan pada bagian tanaman yang menunjukkan gejala serangan penyakit, yaitu dengan memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang. c. Kultur Teknis Pemeliharaan tanaman yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur. Penyiraman, pemupukan dan penambahan atau penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung pemeliharaan yang berkelanjutan dapat memantau keadaan tanaman dari serangan OPT secara dini. Penyiraman dilakukan apabila diperlukan dan dilakukan pagi hari sehingga siang harinya sudah cukup kering. Pelihara tanaman dari serangan atau kehadiran serangga yang dapat menjadi pembawa atau pemindah penyakit. Udara dalam pertanaman sebaiknya dijaga agar tidak terlalu lembab, sehingga penyakit tidak mudah berkembang. Tanaman yang baru atau diketahui menderita penyakit diisolasi selama 2-3 bulan, sampai diketahui bahwa tanaman tersebut betul-betul sehat. Tanaman yang akan dibudidayakan sebaiknya juga berasal dari induk yang telah diketahui bebas penyakit. d. Kimiawi Untuk pengendalian OPT anggrek dapat dipilih jenis pestisida yang tepat sesuai dengan organisme pengganggu tumbuhan yang akan dikendalikan. Formulasi pestisida dapat berupa cairan (emulsi), tepung (dust), pasta ataupun granula. Konsentrasi dan dosis penggunaan biasanya dicantumkan pada tiap kemasan. Sebagai pencegahan, pot atau wadah lainnya, alat-alat seperti pisau dan gunting stek, sebaiknya setiap kali memakai alat-alat tersebut, disucihamakan dengan formalin 2% atau desinfektan lainnya. e. Hayati Dilakukan dengan menggunakan predator tungau : Phytoseiulus persimilis Athias Heniot dan Typhodiromus sp. (Phytoseiidae) (Anonim, 2010b).

III. PEMBAHASAN

A. MANGGA

Tabel Hama Mangga Dan Cara Pengendalian No. Jenis Hama Pengendalian 1. Kepik mangga (Cryptorrhynoccus gravis) dengan semut merah yang menyebabkan kepik tidak bertelur. Dari tabel diatas menujukkan bahwa kepik mangga adalah salah satu hama pada mangga. Kepik mangga menyerang buah dan masuk ke dalam mangga. Cara pengendalian kepik mangga yaitu dengan hadirnya semut merah yang membuat takut kepik sehingga tidak dapat bertelur. Hal ini sesuai dengan Anonim (2008), bahwa Kepik mangga (Cryptorrhynoccus gravis) menyerang buah dan masuk ke dalamnya. Pengendaliannya dengan semut merah yang menyebabkan kepik tidak bertelur.

B. Anggrek

Tabel Penyakit Pada Anggrek Dan Cara Pengendalian No. Jenis Penyakit Pengendalian 1. Bercak daun Cercospora spp a. Fisik, media di suci hamakan dengan uap air panas. b. Mekanis, membunuh hama secara perlahan. c. Kultur teknis, pemeliharaan yang baik d. Kimiawi, pemberian zat kimia untuk memebunuh serangga e. Hayati, dilakukan dengan predator. Dari tabel diatas, salah satu penyakit pada anggrek yaitu bercak daun Cercospora spp. Penyakit pada anggrek dapat diatasi dengan beberapa cara pengendalian yakni Fisik, media di suci hamakan dengan uap air panas. Mekanis, membunuh hama secara perlahan. Kultur teknis, pemeliharaan yang baik. Kimiawi, pemberian zat kimia untuk memebunuh serangga. Hayati, dilakukan dengan predator. Hal ini sesuai dengan Anonim (2010), bahwa pengendalian hama penyakit anggrek yaitu: a. Fisik Media tumbuh disucihamakan dengan uap air panas agar tanaman bebas dari OPT yang dapat ditularkan melalui media tumbuh. Untuk menghindari penularan virus, usaha sanitasi harus dilakukan meliputi sterilisasi alat-alat potong. Setelah dicuci bersih alat-alat potong dipanaskan dalam oven pada suhu 149°C selama 1 jam. b. Mekanis Pengendalian secara mekanis dilakukan bilamana serangga hama dijumpai dalam jumlah terbatas. Misalnya pada pagi dan sore hari kumbang gajah dapat dijepit dengan jari tangan dan dimatikan. Demikian pula kutu tempurung pada daun anggrek dapat didorong dengan kuku, tetapi harus dilakukan secara hati-hati lalu dimatikan. Keong besar atau yang kecil dengan mudah dapat ditangkap pada malam hari dan dimusnahkan. Dengan membersihkan sampah dan gulma, maka keong tidak mempunyai kesempatan untuk bersarang dan bersembunyi. Pengendalian secara mekanis juga dilakukan pada bagian tanaman yang menunjukkan gejala serangan penyakit, yaitu dengan memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang. c. Kultur Teknis Pemeliharaan tanaman yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur. Penyiraman, pemupukan dan penambahan atau penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung pemeliharaan yang berkelanjutan dapat memantau keadaan tanaman dari serangan OPT secara dini. Penyiraman dilakukan apabila diperlukan dan dilakukan pagi hari sehingga siang harinya sudah cukup kering. Pelihara tanaman dari serangan atau kehadiran serangga yang dapat menjadi pembawa atau pemindah penyakit. Udara dalam pertanaman sebaiknya dijaga agar tidak terlalu lembab, sehingga penyakit tidak mudah berkembang. Tanaman yang baru atau diketahui menderita penyakit diisolasi selama 2-3 bulan, sampai diketahui bahwa tanaman tersebut betul-betul sehat. Tanaman yang akan dibudidayakan sebaiknya juga berasal dari induk yang telah diketahui bebas penyakit. d. Kimiawi Untuk pengendalian OPT anggrek dapat dipilih jenis pestisida yang tepat sesuai dengan organisme pengganggu tumbuhan yang akan dikendalikan. Formulasi pestisida dapat berupa cairan (emulsi), tepung (dust), pasta ataupun granula. Konsentrasi dan dosis penggunaan biasanya dicantumkan pada tiap kemasan. Sebagai pencegahan, pot atau wadah lainnya, alat-alat seperti pisau dan gunting stek, sebaiknya setiap kali memakai alat-alat tersebut, disucihamakan dengan formalin 2% atau desinfektan lainnya. e. Hayati Dilakukan dengan menggunakan predator tungau : Phytoseiulus persimilis Athias Heniot dan Typhodiromus sp. (Phytoseiidae)

IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut 1. Jenis hama dan penyakit pada mangga dan anggrek dapat diatasi dengan berbagai cara. 2. Kepik mangga menyerang buah dan masuk ke dalannya, sedangkan bercak daun menyerang pada tempat terbuka.

V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Mangga. http:// onlineku. com/ Tanman. Akses tanggal 17 Desember 2010. Makassar Anonim, 2010a. Agriculture. http://blog.ub.ac.id/wtomo/. Akses tanggal 17 Desember 2010. Makassar Anonim, 2010b. Anggrek. http://www.suaramedia.com/ekonomi-bisnis/usaha-kecil-dan-menengah/22619-jalur-emas-budidaya-anggrekdi-pekarangan.html. Akses tanggal 17 Desember 2010. Makassar

PENGERTIAN POPULASI KOMUNITAS EKOSISTEM

POPULASI

Populasi adalah sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup di suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya semua rusa di Isle Royale membentuk suatu populasi, begitu juga dengan pohon-pohon cemara. Ahli ekologi memastikan dan menganalisa jumlah dan pertumbuhan dari populasi serta hubungan antara masing-masing spesies dan kondisi-kondisi lingkungan.

KOMUNITAS

Sebuah komunitas adalah kumpulan populasi tumbuhan dan tanaman yang hidup secara bersama di dalam suatu lingkungan. Serigala, rusa, berang-berang, pohon cemara dan pohon birch adalah beberapa populasi yang membentuk komunitas hutan di Isle Royale. Ahli ekologi mempelajari peranan masing-masing spesies yang berbeda di dalam komunitas mereka. Mereka juga mempelajari tipe komunitas lain dan bagaimana mereka berubah. Beberapa komunitas seperti hutan yang terisolasi atau padang rumput dapat diidentifikasi secara mudah, sementara yang lainnya sangat sulit untuk dipastikan.

EKOSISTEM

Sebuah ekosistem adalah level paling kompleks dari sebuah organisasi alam. Ekosistem terbentuk dari sebuah komunitas dan lingkungan abiotiknya seperti iklim, tanah, air, udara, nutrien dan energi. Ahli ekologi sistem adalah mereka yang mencoba menghubungkan bersama beberapa perbedaan aktifitas fisika dan biologi di dalam suatu lingkungan. Penelitian mereka seringkali terfokus pada aliran energi dan perputaran material-material yang ada di dalam sebuah ekosistem. Mereka biasanya menggunakan komputer yang canggih untuk membantu memahami data-data yang dikumpulkan dari penelitian di lapangan dan untuk memprediksi perkembangan yang akan terjadi.

Pengertian dari....
a. Populasi : ~> Adalah kumpulan Individu sejenis yang menempati suatu daerah tertentu.
b. Ekosistem: ~> Hubungan timbal balik antar mahluk hidup dengan komponen abiotik dalam satu kesatuan tempat hidup
c. Komunitas : ~>Adalah seluruh populasi mahluk hidup yang hidup di suatu daerah tertentu. Komuniatas merupakan komponen biotik dalam suatu ekosistem. Contoh: komunitas sawah, hutan, kebun dll.
d. Individu : ~> Adalah mahluk hidup tunggal. Sebagai contoh: seekor ikan, seekor kambing, manusia, sebatang pohon singkong, dll
c. Komunitas : ~>Adalah seluruh populasi mahluk hidup yang hidup di suatu daerah tertentu. Komuniatas merupakan komponen biotik dalam suatu ekosistem. Contoh: komunitas sawah, hutan, kebun dll.
d. Ekosistem: ~> Hubungan timbal balik antar mahluk hidup dengan komponen abiotik dalam satu kesatuan tempat hidup
e. Ekosistem ada beberapa macam yaitu: ~> Ekosistem alami ~> Ekosistem buatan.
f. Komponen Biotik adalah : ~> Terdiri dari semua mahluk hidup yang berada dalam suatu ekosistem. Berdasarkan peranannya komponen Biotik dikelompokkan sebagai berikut: a. Produsen, sebagai organisme yang dapat membuat makanan sendri
b. Konsumen, sebagai organisme pemakan. c. Dekomposer, sebagai organisme yang bertugas untuk merombak / menguraikan sisa-sisa mahluk hidup yang telah mati.
g. Komponen Abiotik adalah : ~> Terdiri dari semua benda tak hidup yang ada di sekitar mahluk hidup. Komponen Abiotil di kelompokkan sebagai berikut: a. Cahaya Matahari, sebagai tenaga yang utama / disebut energi primer. b. Air, sebagai zat yang mutlak diperlukan mahluk hidup c. Tanah, sebagai habitat dan sumber makanan. DLL
h. Jaring makanan adalah: ~> Kumpulan dari rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk jaring.
i. Rantai makanan adalah: ~> Peristiwa makan dan dimakan dalam urutan tertentu . perpindahan materi dan energi dari mahluk yang satu ke mahluk lainnya dengan melalui proses makan dan dimakan dengan urutan 1 arah.

LAPORAN PEKTIN

LAPORAN PRAKTIKUM IV APLIKASI PERUBAHAN KIMIA PANGAN UJI KUALITATIF KANDUNGAN PEKTIN PADA BUAH LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN PENGAWASAN...