Rabu, 04 Mei 2011

LAPORAN LENGKAP MIKROBIOLOGI PANGAN

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat diliha dibawah mikroskop. Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme uniselular yang tumbuh dengan cara pembelahan biner yaitu satu sel membelah secara simetris. Untuk mempermudah penghitungan koloni diperlukan pengetahuan mengenai morfologi bakteri tersebut sehingga media pertumbuhan yang akan digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut. Kehadiran mikrobia pada makanan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Setiap produk yang dihasilkan oleh mikrobia tergantung jumlah mikrobia yang terkandung dalam suatu bahan atau lingkungan. Perhitungan mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan, dan proses yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut.
Penghitungan jumlah sel dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya metode hitungan cawan (Total Plate Count). Metode hitungan cawan menggunakan anggapan bahwa setiap sel akan hidup berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel. Teknik pengitungan ini membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan hasil pengenceran. Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung jumlah koloni yang terbentuk. Cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni, sesuai dengan kaidah statistik adalah cawan yang berisi 25-250 koloni.

B. Tujuan praktikum
1. Mempelajari teknik pengenceran biakan untuk penghitungan bakter
2. Mempelajari cara penghitungan bakteri dengan metode hitungan cawan (Total
Plate Count).
3. Mempelajari bagaimana pembuatan media dengan metode pour plate dan surface
plate.
4. Bagaimana cara membuat media Nutrien Agar.

I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Nutrien Agar
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo, 1990).
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Untuk komposisi nutrien agar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air
desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan (Anonim, 2011a).

B. Perhitungan Mikroba
Penghitungan jumlah sel dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya metode hitungan cawan (Total Plate Count), hitungan mikroskopis langsung (Direct Count) dan penghitung Coulter. Cara lain penentuan jumlah sel adalah dengan menyaring sampel dengan saringan membran kemudian daringan tersebut diinkubasi pada permukaan media yang sesuai. Koloni-koloni yang terbentuk berasal dari satu sel tunggal yang dapat hidup. Penentuan massa sel dapat dilakukan dengan beberapa metode. Cara yang paling umum adalah dengan menggunakan nilai kekeruhan suspensi sel. Cara lain dengan mengukur berat kering sel atau filamen sampel dalam suatu volume tertentu. Penentuan dengan cara ini dilakukan dengan lebih dahulu mengendapkan sampel diikuti dengan pencucian, pengeringan dan penimbangan berat (Anonim, 2011b).

C. Metode hitungan cawan
Metode hitungan cawan menggunakan anggapan bahawa setiap sel akan hidup berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel. Teknik pengitungan ini membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan hasil pengenceran. Cawan-cawan Page 2 tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung jumlah koloni yang terbentuk. Cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni, sesuai dengan kaidah statistik adalah cawan yang berisi 30-300 koloni. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal dihitung dengan cara mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan bersangkutan (Anonim, 2011b).
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikrobia yang masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikrobia tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1993).
Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu :
1. Metode tuang (pour plate)
2. Metode permukaan (surface / spread plate)
Pada prinsipnya dalam metode tuang, sejumlah sampel dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambah agar cair steril yang sudah didinginkan (47-500C) dan digoyangkan supaya sampelnya menyebar secara merata. Sedangkan pada pemupukan dengan metode permukaan, terlebih dahulu dibuat agar cawan kemudian sampel yang telah diencerkan dipipet pada permukaan agar tersebut. Kemudian diratakan dengan batang gelas melengkung yang steril. Perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara decimal. Semakin tinggi jumlah mikroba yang terdapat di dalam sample, semakin tinggi pengenceran yang harus dilakukan (Fardiaz, 1992).


Menurut Anonim (2011c) perbedaan metode pour plate (metode tuang) dan metode surface plate (metode permukaan) adalah:
1. Metode tuang(pour plate)
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah pengenceran sampel dan memasukkan hasil pengenceran tersebut. Pada pembuatan pengenceran, diambil 1 ml larutan uji dan dimasukkan dalam cawan petri kemudian dimasukkan ke media cair steril dengan suhu kira-kira 500C sebanyak 15 ml (sebaiknya selama penuangan tutup cawan jangan dibuka terlalu lebar untuk menghindari kontaminasi). Cawan petri digerakkan di atas meja dengan gerakan melingkar seperti angka 8, gunanya untuk menyebarkan sel mikroba secara merata. Setelah agar memadat, cawan diinkubasikan dalam inkubator dengan posisi terbalik pada suhu 350C-370C selama 24 jam. Koloni yang terbentuk dihitung dengan Quebec Colony Counter. Larutan pengencer yang biasa digunakan adalah NaCl 0,9%; larutan buffer fosfat, atau larutan ringer
2. Metode permukaan
Caranya: media cair steril dituang terlebih dahulu ke dalam cawan petri, setelah membeku dituang 0,1 ml sediaan yang telah diencerkan, lalu diratakan dengan alat pengusap di atas permukaan media, kemudian diinkubasi dalam inkubator. Cara ini dilakukan minimal duplo (2 kali), misalkan yang pertama 60 koloni dan ynag kedua 64 koloni.



II. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Aplikasi Mikrobiologi Keamanan Pangan ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 24 Maret 2011, pukul 11.00 – 17.00, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali adalah :
- tabung reaksi - spritus - kapas
- vorteks - almunium foil - batang pengaduk
- timbangan analitik - pipet volume - penangas
- laminator - erlenmeyer - autoclave
- cawan petri - incubator - jarum ose
- waterbath - hockey stick
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
- nutrient agar - nasi basi
- agar - ikan
- salmonella shigella agar - touge
- NaCl 0,85% - alkohol
- Aquades

C. Prosedur Praktikum
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
1. Media Na 400 mL (23 g/L)
Ditimbang media Na sebanyak 9,2 gram. Kemudian ditambahkan 400 mL aquades, setelah itu ditambahkan 0,184 agar (2% agar).
2. Media SS agar 50 mL (60 g/L)
Ditimbang media SS agar sebanyak 3 gram, setelah itu ditambahkan 50 mL aquades.
3. Larutan pengencer 0,85% NaCL 500 mL
ditimbang NaCl 4,25 gram lalu ditambahkan 500 mL aquades.
4. Pour Plate
- dimasukkan larutan pengencer (larutan 0,85% NaCl) kedalam tabung reaksi sebanyak 9 mL
- ditimbang sampel 1 gram kemudian masukkan dalam tabung reaksi yang berisi larutan pengencer
- dihomogenkan menggunakan vorteks
- dilakukan pengenceran hingga 10-3
- Sampel (nasi basi, touge, ikan) sebanyak 1 mL diambil dari pengenceran 10-2 dan 10-3 kemudian dimasukkan dalam cawan petri kosong steril, dimulai dari pengenceran yang terbesar ke pengenceran terendah
- Masukkan media NA atau SS agar cair sebanyak ±15 mL
- Goyangkan di atas meja secara mendatar (membentuk angka 8), kemudian biarkan memadat
- Inkubasikan pada suhu 350C selama 48 jam dengan posisi cawan petri terbalik
5. Surface plate
- Masukkan larutan pengencer (larutan 0,85% NaCl) kedalam tabung reaksi sebanyak 9 mL
- Timbang sampel 1 gram kemudian masukkan dalam tabung reaksi yang berisi larutan pengencer
- Homogenkan menggunakan vorteks
- Lakukan pengenceran hingga 10-3
- Sampel sebanyak 1 mL diambil dari pengenceran 10-2 dan 10-3, kemudian dimasukkan dalam cawan petri yang berisi media NA atau SS agar padat, di mulai dari pengenceran yang terbesar ke pengenceran terendah
- Diratakan dan disebarkan dengan hockey stick
- Dibiarkan ± 5 menit
- Inkubasikan pada suhu 350C selama 48 jam dengan posisi cawan petri terbalik


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Hasil perhitungan bakteri pada bahan pangan sampel dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 01 . Hasil Perhitungan Bakteri Pada Bahan Pangan
Bahan Metode Pour Plate Metode Surpace Plate
10-2 10-3 10-2 10-3
Nasi basi >520 koloni >400 koloni 68 koloni TBUD
Touge 500 koloni 138 koloni 243 koloni 341 koloni
Ikan Mentah 113 koloni 19 koloni 134 koloni 42 koloni
Sumber : Data Primer Aplikasi Mikrobiologi Keamanan Pangan, 2011
Tabel 02 Hasil Perhitungan SPC Koloni Pada Beberapa Bahan
No Bahan Hasil Perhitungan SPC
Metode Pour Plate Metode Surface Plate
1 Nasi hampir basi TBUD 6,8 x 106
2 Tauge 1,88 x 106 2,4 x106
3 Ikan Mentah 1,13 x 106 1,76 x 106
Sumber : Data Primer Praktikum Aplikasi Mikrobiologi dan Keamanan Pangan, 2011

B. PEMBAHASAN
Tabel diatas menunjukkan pada metode pour plate koloni yang dihasilkan pada pengenceran 10-2 pada nasi >520 koloni, tauge 500 koloni dan ikan 113 koloni sedangkan pada pengenceran 10-3 dihasilkan jumlah bakteri pada nasi yang hamper basi sebesar >400 koloni, touge 138 koloni dan ikan 19 koloni. Hasil diatas menunjukkan bahwa pengenceran berfungsi untuk mengurangi jumlah koloni dalam suatu media, karena jumlah koloni pada pengenceran 10-2 lebih banyak dibanding pengenceran 10-3.. hal ini didukung oleh pernyataan (Firdiaz, 1992), yang menyatakan bahwa perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara decimal. Semakin tinggi jumlah mikroba yang terdapat di dalam sample, semakin tinggi pengenceran yang harus dilakukan. Begitupun dengan metode surpace plate seharusnya pada pengenceran 10-3 jumlah koloni bakteri akan berkurang dari jumlah bakteri pada
pengenceran 10-2. Namun adanya kesalahan dalam praktikum seperti kurangnya ketelitian dalam membuat media dan melakukan isolasi bakteri mengakibatkan data yang diperoleh tidak tepat.
Media yang digunakan adalah media nutrien brot. Pembuatan media dilakukan dengan cara ditimbang media Na sebanyak 9,2 gram. Kemudian ditambahkan 400 mL aquades, setelah itu ditambahkan 0,184 agar (2% agar). Adanya penambahan agar dalam pembuatan media dikarenakan media NA ini sudah lama masa simpannya sehingga daya kerjanya sudah menurun jadi harus ditambahkan agar. . Media ini merupakan media yang paling umum digunakan dalam melakukan isolasi mikroba, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri dan isolasi kultur murni. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim (2011a), yang menyatakan bahwa Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Metode Pour Plate dalam isolasi bakteri pada nasi hampir basi memiliki hasil perhitungan TBUD, pada Tauge 1,88 x 106, dan ikan mentah 1,13 x 106, sedangkan pada metode surface plate hasil perhitungan bakteri pada nasi hampir basi 6,8 x 106, Tauge 2,4 x106, dan ikan mentah 1,76 x 106. Metode dalam penuangan bakteri ada 2 macam yaitu pour plate dan surface plate. Metode pour plate adalah metode dimana sampel lebih dulu dituang sebelum media dan sampel bakteri yang diambil sebanyak 1 mL sedangkan pada metode surface plate media pertama-tama dituang tunggu sampai memadat kemudian sampel dituangkan dengan volume 0,1 mL. Hal ini didukung oleh pernyataan Anonim (2011c), bahwa Pada pembuatan pengenceran pour plate, diambil 1 ml larutan uji dan dimasukkan dalam cawan petri kemudian dimasukkan ke media cair steril dengan suhu kira-kira 500C sebanyak 15 ml. untuk surface plate media cair steril dituang terlebih dahulu ke dalam cawan petri, setelah membeku dituang 0,1 ml sediaan yang telah diencerkan, lalu diratakan dengan alat pengusap di atas permukaan media, kemudian diinkubasi dalam incubator.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil perhitungan sampel (nasi hampir basi, touge, dan ikan mentah) rata-rata hasil perhitungannya TBUD.
2. Hasil perhitungan SCP hanya pada nasi hamper basi yang mengalami TBUD.
B. Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu supaya dapat diajarkan dengan menggunakan bahan yang berbeda, agar dapat diketahui perbedaan jumlah koloni yang didapat dari media satu dan yang lainya.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011a. Media Untuk Mikroorganisme. http:// Wikipedia.org.wiki. Akses tanggal 20 April 2011. Makassar.

Anonim, 2011b. Teknik Pengenceran Dan Penghitungan Bakteri. http://mikrobiolaut.files.wordpress.com/2011/03/prak-mikrola-modul-v.pdf. Akses tanggal 20 April 2011. Makassar.

Anonim, 2011c. Cara Menghitung Jasad Renik/Mikroba. http://cahnartikel.blogspot.com/2011/01/mikrobiologi-9.html. Akses tanggal 20 April 2011. Makassar.

Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.

Fardiaz, S.1992.Mikrobiologi Pangan 1.Gramedia. Jakarta.

Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel bakteri jika diamati dengan mata biasa sangatlah sulit karena ukurunnya yang sangat mikroskopik, untuk itu digunakan mikroskop untuk membantu dalam mengamati morfologi dan mengidentifikasinya. Bakteri merupakan organisme yang memiliki morfologi bentuk tubuh dasar yang pada umumnya mirip satu sama. sel bakteri sulit terlihat karena bentuk selnya yang transparan dan bermacam-macam. Bakteri juga memiliki sifat yang dapat diabsorbsi oleh zat-zat tertentu.
Sifat-sifat mikroorganisme tersebut digunakan untuk mengamati bakteri, karena sifat yang dapat menyerap suatu zat yang bersifat asam atau basa yang dapat memberikan suatu warna baik itu pada sel bakteri ataupun pada latar belakang dari bakteri tersebut. Pewarnaan dalam kegiatan identifikasi bakteri bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Di mana zat warna tersebut dapat memberikan muatan negatif atau positif. Mikroorganisme juga dapat dipindahkan dari 1 media kemedia yang lain melalui teknik isolasi bakteri yang dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan isolasi gores.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum pewarnaan dan penggoresan agar kita dapat mengetahui bagaimana teknik pewarnaan ksususnya pewarnaan gram dan cara melakukan penggoresan pada mikroorganisme tertentu.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum kali ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara pewarnaan pada bakteri dengan metode pewarnaan gram.
2. Untuk mengetahui bagaimana teknik penggoresan bakteri.



II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pewarnaan Gram Bakteri
Metode pewarnaan gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam pewarnaan bakteri, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel kegunaannya yaitu, untuk melihat atau mengamati bentuk-bentuk sel bakteri dan memberikan sifat reaksi pewarnaan bakteri yang dapat diketahui dengan melihat apakah termasuk negatif- gram (berwarna merah) atau positif-gram (berwarna biru) (Anonim, 2011a).
Menurut Anonim (2011a), Fungsi dari zat warna yang digunakan antara lain:
a. Safranin berfungsi sebagai zat warna yang memberi warna kontras pada bakteri dengan memberikan warna merah.
b. Kristal violet yaitu zat warna yang memberikan atau menunjukkan sifat pewarnaan negatif dengan memberikan warna ungu pada bakteri yang peka terhadap zat warna basa.
c. Zat warna Iodine berfungsi sebagai zat warna pengikat ikatan warna, sehingga warna yang dihasilkan lebih jelas.
d. Tinta warna berfungsi memberikan warna biru tua atau gelap pada latar belakang dari preparat atau apusan bakteri.
Perbedaan dari bakteri gram negatif dan gram positif yaitu, bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan bakteri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel kegunaannya yaitu, untuk melihat atau mengamati bentuk-bentuk sel bakteri dan memberikan sifat reaksi pewarnaan bakteri yang dapat diketahui dengan melihat apakah termasuk negatif-gram (berwarna merah) atau positif-gram (berwarna biru) (Anonim, 2011a).

B. Penggoresan mikroba
isolasi gores merupakan metode isolasi dengan cara menggeser atau menggoreskan ujung jarum ose yang telah mengandung mikroorganisme dengan hati-hati di atas permukaan agar secara zig zag yang dimulai dari dasar tabung menuju ke bagian atas tabung. Isolasi mikroba dengan cara penggoresan. Tujuan utama dari penggoresan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni bakteri yang terpisah dengan baik dari suspensi sel yang pekat (Anonim, 2011b).
Penggoresan suspensi harus menggunakan loop platinum standar, yaitu dengan menggoreskan 1 loop penuh suspensi di atas permukaan medium agar. Terdapat beberapa cara menggoreskan bakteri di atas medium agar untuk mendapatkan koloni tunggal. Cara pertama adalah dengan goresan zigzag pada pinggiran lingkaran medium. Goresan berikutnya adalah goresan searah (± 90º tegak lurus dari goresan pertama), tiap-tiap goresan harus menyentuh atau berawal dari goresan pertama. Demikian seterusnya sampai pada kelompok goresan keempat. Cara kedua adalah dengan menggoreskan suspensi di seluruh permukaan medium agar dari atas ke bawah secara perlahan-lahan, selanjutnya buat goresan kesamping dengan gerakan goresan yang cepat (Anonim, 2011b).

C. Teknik Penggoresan
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga boleh berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala (Anonim, 2011c).
Teknik Inokulasi terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni mikroorganisme yaitu :
1. Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni (Winarni, 1997).
2. Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaitu untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan (Anonim, 2011d).
Menurut Anonim (2011d), Ada beberapa teknik dalam metode goresan, yakni:
1. Teknik Gores T
2. Teknik Gores Kuadran
3. teknik Gores Sinambung
4. Teknik Gores Radian













III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Aplikasi Mikrobiologi Keamanan Pangan ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 31 Maret 2011, pukul 11.00 – 17.00, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali adalah :
- tabung reaksi - cawan petri
- spritus - incubator
- vorteks - gelas objek
- laminator - jarum ose
- mikroskop - pipet tetes
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
- violet kristal
- mikroba
- yodium gram (lugol)
- alkohol 95%
- pewarna safranin
- aquades
- alkohol
C. Prosedur Praktikum
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
1. Pewarnaan gram
- ditetesi air pada gelas objek
- Dengan jarum ose, diambil sejumlah kecil pertumbuhan mikroba
- disebarkan pada setetes air di gelas objek
- difiksasi dengan nyala api kecil
- diteteskan dengan pewarna violet kristal di atas film pada objek dan dibiarkan selama 1 menit
- dibilas dengan air kran dengan cara memegang gelas objek pada posisi miring dan buanglah sisa air yang tertinggal
- ditetesi dengan larutan yodium gram (lugol) selama 1 menit
- dibilas dengan air
- diteteskan alkohol 95% selama 10 menit detik atau sampai warna biru tidak luntur lagi, cuci sebentar dengan air
- diteteskan pewarna safranin (sebagai counterstain)
- kemudian diperiksalah dibawah mikroskop
2. Teknik Penggoresan
- Koloni diambil secara aseptis menggunakan jarum ose, digoreskan pada media agar
- Koloni digoreskan pada media secara hati-hati, agar tidak sampai merusak media. Goresan yang dibuat terdiri dari 8 goresan, tanpa putus (area A)
- dipanaskan jarus ose pada bunsen dan dinginkan di udara
- Cawan petri diputar, kemudian digores kembali sebanyak 4 goresan (area B)
- dipanaskan jarus ose pada bunsen dan dinginkan di udara
- Cawan petri diputar, kemudian digores kembali sebanyak 4 goresan (area C)
- Cawan petri diputar sekali lagi, kemudian digores sekali lagi (area D)
- dibuat goresan hingga mencapai tengah cawan (area E), usakah agar tidak menyentuh inokulum awal pada area A
- diinkubasikan pada suhu 350C selama 48 jam dengan posisi cawan terbalik










IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 03. Hasil Pewarnaan Mikroba Pada Beberapa Bahan
No Bahan Bentuk
1 Nasi hampir basi Kokus positif
2 Tauge Kokus positif
3 Ikan Mentah Basil negative
Sumber : Data Hasil Praktikum Aplikasi Mikrobiologi dan Keamanan Pangan, 2011.


Tabel 04. Hasil Pengoresan Mikroba Pada Berbagai Bahan
No Bahan Warna koloni Hasil pengamatan

1 Nasi hampir basi Koloni tak terpisah Koloni tak terpisah Koloni tak terpisah
Koloni tak terpisah Koloni tak terpisah Koloni tak terpisah
2 Tauge Koloni tak terpisah Koloni tak terpisah Koloni tak terpisah
Koloni tak terpisah Koloni tak terpisah Koloni tak terpisah
3 Ikan Mentah Kuning Terpisah namun belum merata Terpisah tidak merata
Putih Terpisah tidak merata Tidak merata terkontam
Sumber : Data Hasil Praktikum Aplikasi Mikrobiologi dan Keamanan Pangan, 2011


B. Pembahasan
Hasil pada tabel 03 di atas menunjukkan bahwa bakteri pada nasi hampir basi dan pada touge berbentuk cocus positif, dan pada ikan mentah berbentuk basil negatif. Penentuan bentuk dan kenampakan koloni bakteri dari sampel tidak dapat dilihat secara kasat mata oleh karena itu harus diamati di bawah mikroskop. Adanya warna ungu pada penampakan warna pada bakteri nasi hamper basi dan touge menandakan bahwa dia gram positif, dan warna merah pada ikan menadakan bahwa bakteri tersebut termasuk bakteri gram negatif. Hal ini didukung oleh pernyataan Anonim (2011a), bahwa untuk melihat atau mengamati bentuk-bentuk sel bakteri dan memberikan sifat reaksi pewarnaan bakteri yang dapat diketahui dengan melihat apakah termasuk negatif- gram (berwarna merah) atau positif-gram (berwarna biru).
Adanya pemberian Kristal violet pada pewarnaan gram sebagai warna utama (ungu) agar warna yang dihasilkan lebih kuat. Penambahan iod dimaksudkan untuk menguatkan warna utama, setelah itu pembrian alkohol yaitu sebagai senyawa pencuci dan untuk mengekstrasi permukaan dinding sel pada bakteri. Dan yang trakhir pemberian safranin sebagai pemberi warna merah (negative). Hal ini didukung oleh pernyataan Anonim (2011a) bahwa Safranin berfungsi sebagai zat warna yang memberi warna kontras pada bakteri dengan memberikan warna merah. Kristal violet yaitu zat warna yang memberikan atau menunjukkan sifat pewarnaan negatif dengan memberikan warna ungu pada bakteri yang peka terhadap zat warna basa. Zat warna Iodine berfungsi sebagai zat warna pengikat ikatan warna, sehingga warna yang dihasilkan lebih jelas.
Pewarnaan gram bakteri merupakan teknik pewarnaan yang paling sering digunakan. Menurut Anonim (2011a), pewarnaan bakteri yang dapat diketahui dengan melihat apakah termasuk negatif- gram (berwarna merah) atau positif-gram (berwarna biru). Beasarkan uraian diatas pewarnaan gram dilakukan untuk mengidentifikasi apakah bakteri tersebut bersifat gram negatif dengan ditandai adanya warna merah dan gram positf dengan warna biru. Warnah-warna tersebut tidak dapat dilihat secara kasat mata oleh karena itu di gunakan mikroskop untuk mengamatinya. Timbulnya warna-warna ini dpengaruhi dari perbedaan dinding sel bakteri. Bakteri gram negative memiliki dinding sel tipis yang berada diantara 2 lapis membran sel sedangkan bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membrane sel selapis. Oleh karena itu warna yang dihasilkan berbeda pula.
Hasil data praktikum pada tabel 04 menunjukkan hasil penggoresan pada berbagai bahan yaitu nasi hampir basi, tauge dan ikan mentah. Pada hasil pengamatan semua bahan kecuali ikan mentah menunjukkan koloni tak terpisah. Dengan kata lain pada nasi hampir basi dan tauge mengalami TBUD (Terlalu Banyak Untuk Dihitung). Hanya pada ikan mentah hasil pengamatan menunjukkan koloni terpisah. Hal ini disebabkan karena nasi hampir basi dan tauge terkontaminasi sehinnga menyebabkan koloni tidak terpisah. Padahal tujuan utama dari penggoresan yaitu untuk memisahkan koloni sehinnga dapat dihitung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim (2011b) bahwa tujuan utama dari penggoresan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni bakteri yang terpisah dengan baik dari suspensi sel yang pekat
Isolasi mikroba dalam praktikum ini dilakukan dengan teknik inokulasi yaitu dengan inokulasi gores. Untuk melakukan penanaman bakteri kawat (jarum ose) terlebih dahulu di panaskan pada Bunsen sampai semua kawatnya merah, diamkan sebentar dan cungkil bagian mikroba atau bakteri biakan yang akan ditanam pada media baru.tujuan dari metode gores ini untuk menghasilkan sel-sel bakteri yang terpisah dan mudah untuk diteliti. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarni (1997), yang menyatakan bahwa penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni.












V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Bakteri pada nasi hampir basi memiliki bentuk dan kenampakan kokus positif
2. Bakteri pada touge memiliki bentuk dan kenampakan kokus positif
3. Bakteri pada ikan mentah memiliki bentuk dan kenampakan basil negative.
B. Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya, waktu praktikum lebih dipercepat dan dalam 1 kelompok jangan terlalu banyak orang agar waktu praktikum dapan berjalan lebih efisien.








DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011a. Pewarnaan Mikroba. http://wikipedia/org/pewarnaan_mikroba. Akses tanggal 19 April 2011. Makassar.

Anonim, 2011b. Isolasi dan Kultivasi Mikroba. http//:pengujiankadarpengendalian.bolgspot.com. Akses pada tanggal 20 April 2011. Makassar.

Anonim, 2011c. Teknik Membuat Biakan Murni. http://Aguskrisnoblog.wordpress/ teknik_membuat_biakan_murni. Akses pada tanggal 20 April 2011. Makassar.

Winarni, D. 1997. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.
















I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam meneliti jenis mikroorganisme apa yang terdapat di dalam suatu bahan pangan dapat juga dilajkuan dengan menggunakan metode penelitian mengenai MPN (Most Probable number). MPN ini dipergunakan untuk menghitung jumlah individu bakteri yang terdapat dalam bahan. Jumlah koloni yang terbentuk dihitung dan Satu koloni yang terbentuk dari satu sel, maka jumlah koloni menunjukkan jumlah sel dalam larutan asalnya. Prosedur ini hanya menghitung sel-sel yang hidup.
Metode MPN dirancang dan lebih cocok untuk diterapkan pada sampel yang memiliki konsentrasi <100/g atau ml. Oleh karena itu nilai MPN dari sampel yang memiliki populasi mikroorganisme yang tinggi umumnya tidak begitu menggambarkan jumlah mikroorganisme yang sebenarnya. Jika jumlah kombinasi tabung positif tidak sesuai dengan tabel maka sampel harus diuji ulang. Semakin banyak seri tabung maka semakin tinggi akurasinya tetapi juga akan mempertinggi biaya analisa. Berdasarkan uraian diatas praktikum MPN ini dilakukan agar kita dapat mengetahui jenis mikroorganisme apa yang terkandung dalam suatu bahan pangan. MPN juga dapat menggambarkan jumlah mikroorganisme tersebut. B. Tujuan praktikum Tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui teknik MPN (Most Probable Number) pada jus apel, jus anggur dan es campur. 2. Untuk mengetahui prinsip dari metode MPN (Most Probable Number). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perhitungan Mikroba dengan MPN (Most Probable Number) Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan medium selektif diferensial (Anonim, 2005). Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, Gram negatif, tidak-berspora. Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (Anonim, 2005). B. Teknik uji MPN Menurut Anonim (2004), teknik uji MPN dilakukan dalam 3 tahap yaitu: 1. Uji penduga (presumptive test) Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalamm tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam. hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 350C. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN. 2. Uji penguat (confirmed test) Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada media Eosin Methylen Biru Agar ( EMBA ) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh ber-warna merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya. 3. Uji pelengkap (completed test) Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan ke dalam medium kaldu laktosa dan medium agar miring Nutrient Agar ( NA ), dengan jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakter Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk membedakan bakteri golongan koli dari bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat Duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 370C (untuk golongan koli ) dan satu seri diinkubasi pada suhu 420C (untuk golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420C, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420C C. Prinsip yang digunakan dalam metode MPN MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa sampel (Anonim, 2005). Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkaan frekensi pertumbuhan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin “sering” tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin “jarang” tabung positif yang muncul. Jumlah sampel/pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tergantung dengan probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya ke dalam media. Oleh karena itu homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya) atau negatif (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan (Anonim, 2005). Menurut Anonim (2005), Asumsi yang diterapkan dalam metode MPN adalah : 1. bakteri terdistribusi sempurna dalam sampel 2. sel bakteri terpisah-pisah secara individual, tidak dalam bentuk rantai atau kumpulan (bakteri coliform termasuk E. coli terpisah sempurna tiap selnya dan tidak membentuk rantai). 3. media yang dipilih telah sesuai untuk pertumbuhan bakteri target dalam suhu dan waktu inkubasi tertentu sehingga minimal satu sel hidup mampu menghasilkan tabung positif selama masa inkubasi tersebut. 4. jumlah yang didapatkan menggambarkan bakteri yang hidup (viable) saja. Sel yang terluka dan tidak mampu menghasilkan tabung positif tidak akan terdeteksi. MPN dinilai dari perkiraan unit tumbuh (Growth Unit / GU) seperti CFU, bukan dari sel individu. Meskipun begitu baik nilai CFU atau MPN dapat menggambarkan seberapa banyak sel individu yang tersebar dalam sampel. Metode MPN dirancang dan lebih cocok untuk diterapkan pada sampel yang memiliki konsentrasi <100/g atau ml. Oleh karena itu nilai MPN dari sampel yang memiliki populasi mikroorganisme yang tinggi umumnya tidak begitu menggambarkan jumlah mikroorganisme yang sebenarnya. Jika jumlah kombinasi tabung positif tidak sesuai dengan tabel maka sampel harus diuji ulang. Semakin banyak seri tabung maka semakin tinggi akurasinya tetapi juga akan mempertinggi biaya analisa (Anonim, 2005). Pemilihan media sangat berpengaruh terhadap metode MPN yang dilakukan. Umumnya media yang digunakan mengandung bahan nutrisi khusus untuk pertumbuhan bakteri tertentu. Misalnya dalam mendeteksi faecal coliform dan E coli dapat menggunakan media Brilliant Green Lactose 2% Bile (BGLB) broth. Di dalam media ini mengandung lactose dan garam empedu (bile salt) yang hanya mengizinkan faecal coliform dan E.coli untuk tumbuh. Jika terdapat ketidaksesuaian jenis media dan bakteri yang diinginkan maka metode MPN akan menghitung bukan bakteri yang dituju. Untuk menghitung coliform dapat menggunakan Lauryl Sulphate Tryptose (LST) broth, sedangkan untuk menghitung E.coli diperlukan media EC (Escherichia coli) broth. Berdasarkan prinsip diatas apakah mungkin metode MPN dapat untuk menghitung jenis bakteri selain jenis-jenis coliform ? Jadi nilai MPN adalah suatu angka yang menggambarkan hasil yang paling mungkin (Anonim, 2005). D. Aspek peluang dalam metode MPN Berdasarkan prinsip diatas maka “seharusnya/sebaiknya” jumlah tabung positif pada pengenceran 1/10 > 1/100 > 1/1000 (misalnya 5-3-1) karena setiap pengenceraan mengurangi jumlah mikroorgansime target dan akibatnya semakin kecil kesempatannya untuk membuat tabung menjadi positif. Namun seringkali hasil yang didapat tidak sesuai dengan logika peluang, seperti 5-3-4 yang menghasilkan nilai 210 (lihat tabel dibawah). Bisa saja banyak sel tidak sengaja terambil dan memperbanyak pengenceran selanjutnya atau homogenisasi tidak berlangsung sempurna (Anonim, 2005).





.


III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Aplikasi Mikrobiologi Keamanan Pangan ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 14 April 2011, pukul 11.00 – 17.00, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali adalah :
- tabung reaksi - antoclave
- spritus - penangas
- vorteks - pisau
- kapas - gelas kimia
- laminator - aluminium foil
- jarum ose - gelas kimia
- pipet volume
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
- daging
- pepton
- HCL 0,1 N
- aquades
- alkohol
C. Prosedur Kerja
1. Perhitungan bakteri
 Nutien brot buatan
- daging 100 gram, dipotong kecil-kecil.
- ditambahkan 100 mL aquades kemudian dipanaskan hingga ekstrak daging keluar.
- larutan ekstrak daging ditambahkan 100 mL aquades, 2 gram pepton, kemudian dipanaskan lagi.
- ditambahkan HCL 0,1 N, dipanaskan hingga mendidih.
- media dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 9 mL
- sterilisasi 1210C, selama 5 menit.
 MPN
- Dilakukan pengenceran hingga 10-3
- Pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3 dimasukkan dalam ketiga seri tabung
- Dilakukan pengamatan setelah 24 jam terhadap kekeruhan.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang diperoleh pada praktikum kali ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 05 Hasil Perhitungan MPN (Most Porable Number)
No Bahan Seri 1 Seri 2 Seri 3 Jumlah MPN/g
1 Jus Apel +++ +++ ++ 1100
2 Jus Jeruk +++ +++ ++ 1100
3 Es campur +++ +++ + 460
Sumber : Data Hasil Praktikum Aplikasi Mikrobiologi dan Keamanan Pangan,2011

B. Pembahasan
Berdasarkan pada tabel 5 mengenai total hasil perhitungan koloni mikroorganisme dengan menggunakan metode MPN dengan bahan seperti jus apel, jus jeruk, dan es campur ditemukan jumlah MPN sebanyak 1100, 1100, dan 460. Hal ini menunjukan bahwa pada praktikum kali ini dengan menggunakan teknik MPN memiliki aspek peluang dalam metode MPN yang dalam pengenceran mengurangi jumlah mikoorganisme. Hal ini sesuai dengan Anonim (2011c) bahwa aspek peluang pada metode MPN yaitu sesuai dengan prisip dari metode MPN yaitu sebaiknya” jumlah tabung positif pada pengenceran 1/10 > 1/100 > 1/1000 (misalnya 5-3-1) karena setiap pengenceraan mengurangi jumlah mikroorgansime target dan akibatnya semakin kecil kesempatannya untuk membuat tabung menjadi positif. Di mana Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkaan frekensi pertumbuhan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin “sering” tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin “jarang” tabung positif yang muncul. Jumlah sampel/pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tergantung dengan probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya ke dalam media. Oleh karena itu homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya) atau negatif (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan.









V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan kualitas air adalah metode MPN (Most Probable Number) sebab metode ini dapat mendeteksi koliform dalam jumlah yang sangat rendah.
2. Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkaan frekuensi pertumbuhan tabung positif.

B. Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya, metode MPN dilakukan agar digunakan bahan lain, bukan hanya jus pada sampel.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005. Mikrobiologi Lingkungan. http:// www. itb.ac .id/ news /itb_ berita _557.pdf. Akses tanggal 21 April 2011. Makassar.

Anonim, 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. http:// www. ekologi. litbang. depkes.go. id/data/vol%203/Ni%20Putu%20_2.pdf. Akses tanggal 21 April 2011. Makassar.

Jumat, 11 Maret 2011

PEMBUATAN LARUTAN DENGAN KONSENTRASI TERTENTU DALAM BENTUK MOLARITAS DAN NORMALITAS PENENTUAN ION/ATOM DALAM SENYAWA PENCAMPURAN DUA LARUTAN YANG BERBEDA PENENTUAN % BERAT/VOLUME, BERAT/BERAT DAN PENGENCERAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pembuatan larutan dibutuhkan teknik serta alat-alat yang akan digunakan dalam proses aplikasi laboratorium. Selain teknik yang dibutuhkan, juga diperlukan bagaimana teknik matematis yang digunakan dalam bentuk rumus sehingga mampu menghasilkan larutan yang diinginkan.
Pembuatan larutan HCl dengan konsentrasi tertentu dari bentuk padatan dan larutan KCl dengan konsentrasi tertentu dari bentuk cair diperlukan teknik pengaplikasian laboratorium yang akurat. Sehingga larutan yang akan dibuat bisa sesuai dengan apa yang diharapkan. Teknik yang digunakan biasanya tidak lepas dari teknik matematis yang di dalamnya memuat perhitungan mengenai Normalitas, Molaritas, Molalitas dan sebagainya.
Perhitungan dalam menentukan berat suatu larutan yang akan dibuat ditentukan dari larutan. Apakah larutan tersebut bersifat padat atau cair. Dari sini perlu adanya teknik perhitungan yang akurat karena larutan yang sifatnya padat dan larutan yang sifatnya cair secara teknis, perhitungannya berbeda. Teknik yang akan digunakan pun harus sesuai dengan prosedurnya agar tidak terjadi kesalahan dalam pembuatan larutan. Serta dalam perhitungan diperlukan ketelitian agar bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam pembuatan larutan tidak lebih atau kurang.
Ion merupakan sebuah atom menerima atau kehilangan elektron 1 atau lebih, maka berbentuk partikel bermuatan, ion terjadi karena adanya gaya tarik menarik antar ion yang bermuatan positif dan yang bermuatan negatif sedangkan atom merupakan unit yang paling kecil pada suatu unsur yang dapat masuk ke dalam suatu reaksi kimia. Sedangkan larutan adalah campuran homogen yang mengandung sekurang-kurangnya 2 komponen yaitu zat terlarut dan zat pelarut. Pelarut adalah zat yang umumnya berwujud cair yang jumlahnya lebih banyak, sedangkan terlarut adalah zat/komponen baik gas, cair mauoun padatan yang jumlahnya lebih kecil.
Penentuan ion atau atom dalam senyawa pencampuran dua larutan yang berbeda. Dasar dari percobaan ini adalah adanya larutan yang konsentrasinya berbeda, dengan volume yang berbeda pula. Masing-masing dicampurkan dalam satu wadah.
Molaritas untuk tiap zat terlarut berbeda pada volume yang berbeda dan pada mol yang berbeda.Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum ini untuk mengetahui perbedaan konsentrasi molar untuk tiap mol larutan. Pada pencampuran dua senyawa yang konsentrasinya berbeda akan diamati, pada pencampuaran berbeda ini maka menghasilkan konsentarsi yang baru.
Zat padat, cair ataupun gas memiliki kemampuan melarut berbeda di dalam suatu pelarut. Perbedaan wujud ini memberi indikasi bahwa pelarutan harus menggunakan cara-cara tertentu. Rencana dan prosedurnya pun berkembang sesuai dengan sifat melarut dan sifat percobaan/analisis yang diterapkan dan sifat zat yang terlibat.
Proses pembuatan larutan suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya disebut pengenceran. Larutan berat (volume) zat terlarut lebih kecil daripada setengah berat pelarutnya. Pada percobaan ini yang diamati, penentuan berat per volume dan berat per berat yang dilakukan dengan cara pengenceran pada pencampuran larutan yang berbeda sehingga mendapatkan berapa larutan yang baru.

Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini yaitu :
Untuk mengetahui teknik pembuatn larutan.
Untuk mengetahui cara memebuat larutan jika diketahu konsentrasi tertentu dalam molaritas dan normalitas.
Untuk mengetahui teknik pencampuran dua larutaan yang berbeda.
Untuk mengetahui persen berat/berat (b/b), berat/volume (b/v), pada suatu larutan.


TINJAUAN PUSTAKA
Molaritas

Molaritas atau molar disingkat dengan M didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut setiap volume tertentu. Molaritas suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutan. Berdasarkan Anonim (2008a), rumus yang digunakan yaitu :
M = ρ x % x 1000
Mr
Atau

Yang dimana ρ = massa jenis larutan tersebut
% = Jumlah persentase Larutan tersebut
Mr = Massa Molekul Relatif
Normalitas
Normalitas didefenisikan sebagai jumlah larutan yang mengandung ekivalen zat terlarut setiap volume larutan. Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+. Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-. Berdasarkan Anonim (2010), rumus normalitas :
atau
N=g/(Bst ×liter)
Yang mana N = Normalitas
M = Molaritas
V = Valensi
Molalitas
Endang (2008) mendefinisikan molalitas atau molal sebagai jumlah mol zat terlarut setiap kilogram pelarut. Rumus molalitas :

Konsentrasi larutan
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi) (Nachtrieb, 2001).

Atom
Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral (kecuali pada inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron). Atom merupakan unit yang paling kecil pada suatu unsur yang dapat masuk ke dalam suatu reaksi kimia. Jika sebuah atom menerima atau kehilangan elektron satu atau lebih, maka berbentuk partikel bermuatan, ini disebut dengan ion-ion. Ion-ion yang terdiri lebih dari satu atom disebut dengan ion poliatom (Rankerz, 2010).

Pengenceran
Proses pembuatan larutan suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya disebut pengenceran. Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute (Anonim, 2008b).
Rumus pengenceran menurut Gunawan (2004) yaitu :
M1V1=M2V2
Yang mana M1 = molaritas awal larutan
M2 = molaritas akhir larutan
V1 = volume awal larutan
V2 = volume akhir larutan
Contoh, pembuatan larutan antara NaCl 1M dan NaCl 0,1000M, atau antara HCl 1M dan HCl 0,1000M. Yang pertama, melibatkan teknik pengukuran volume dan teknik pengenceran. Proses pembuatan larutan dari suatu zat padat disebut pelarutan dan proses pembuatan larutan suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya disebut pengenceran.

Penentuan % b/b, %b/v dan %v/v
Menyatakan persen larutan, rumusnya yaitu : b/b, b/v, v/v. rumus pengenceran menurut Umi (2004) yaitu :
Persentase berat per berat (% b/b) adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 gram larutan.
%b/b = x100%
Persentase berat per volume (% b/v) adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 mL larutan. Satuan %b/v umumnya untuk zat terlarut padat dalam pelarut cair.
%b/v = x100%
Persentase volume per volume (% v/v) adalah jumlah ml zat terlarut dalam tiap 100 mL larutan. Satuan %v/v umumnya dipakai untuk zat terlarut cair dalam pelarut cair.
%v/v= x100%


METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Aplikasi Teknik Labratorium dilaksanakan pada Rabu tanggal 13 Oktober 2010 pukul 08.00-10.30 WITA di Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan
Alat- alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
labu ukur  batang pengaduk
timbangan analitik  gelas kimia
botol larutan  erlenmeyer
pipet volume  aluminium foil
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
NaOH 0,2 M  iodine 0,01 N
gula  Na2SO4 1,5 N
alkohol 75 %  HCl 3 %
H2SO4 0,5 M  aquadest
MgSO4.7H2O – label
KCl


Prosedur Praktikum
Dihitung jumlah bahan kimia yang dibutuhkan untuk membuat larutan.
Bahan ditimbang dengan menggunakan gelas kimia pada timbangan analitik sesuai dengan jumlah bahan kimia yang telah dihitung.
Bahan yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu takar dan ditambahkan dengan aquadest hingga tanda tera.
Dikocok hingga homogen lalu masukkan ke dalam botol larutan yang telah disediakan.
Diberi label sesuai dengan nama larutan.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Perhitungan larutan adalah sebagai berikut :
Larutan HCl 3% sebanyak 30 mL
V_1×M_1=V_2×M_2
V_1×36%=3%×30 mL
V_1=(3%×30 mL)/(36%)
V_1=(90 mL)/36
V_1=2,5 mL
Larutan iodin 0,01N sebanyak 30 mL
N=g/(Bst ×liter)
0,01= g/(252×0,03)
g=0,01×252×0,03
g=0,07 g
Larutan HCl 3% sebanyak 25 mL
V_1×M_1=V_2×M_2
V_1×36%=3%×25 mL
V_1=(3%×25 mL)/(36%)
V_1=(75 mL)/36
V_1=2,08 mL

H2SO4 0,5 M sebanyak 25 mL
Dicari M1
M=(%×BJ×1000)/Mr
M=(96%×1,84×1000)/98
M=1766,4/96
M=18,4 M
Dicari V1 dengan rumus pengenceran
V_1×M_1=V_2×M_2
V_1×18,4 M=0,5 M×25 mL
V_1=(0,5 M×25 mL)/(18,4 M)
V_1=(12,5 mL)/18,4
V_1=0,67 mL
Na2SO4 1,5 N sebanyak 5 mL
N=g/(Bst ×liter)
1,5= g/(124/2×0,05)
g=1,5×71×0,05
g = 5,325 g
Larutan NaOH 0,2 M sebanyak 30 mL
M=g/V
g=0,2×40
g=8 g

Larutan gula 75% sebanyak 50 mL
%w⁄V= g/V x 100%
75%= X/50×100%
X=3750/100
X=37,5 g
Larutan gula 75% menjadi 50% sebanyak 20 mL
M_1×V_1=M_2×V_2
75%×V_1=50%×20 mL
V_1=(50%×20 mL)/(75%)
V_1=(1000 mL)/75
V_1=13 mL
Alkohol 75% sebanyak 100 mL
V_1×M_1=V_2×M_2
V_1×96%=100%×20 mL
V_1=(100%×25 mL)/(96%)
V_1=(8500 mL)/96
V1 = 88,5 mL


Pembahasan
Larutan HCl 3% sebanyak 30 mL
Dibuat larutan HCl 3% dengan volume 30 mL, yang diambil dari larutan HCl 36%. Setelah dihitung menghasilkan volume awal yang akan ditimbang sebanyak 2,5 mL. Kemudian ditambahkan dengan aquadest sampai volume 30 mL. Metode yang digunakan dalam pembuatan larutan adalah pengenceran. Hal ini sesuai dengan Assagaf (2005), bahwa pengenceran menyebabkan volume dan kemolaran larutan berubah, tetapi jumlah mol zat terlarut tetap.
Larutan iodin 0,01N sebanyak 30 mL
Dibuat Iodin 0,01 N sebanyak 30 mL. Dalam pembuatan larutan ini, yang diketahui adalah normalitas, volume dan massa equivalennya, jadi yang dicari adalah massanya. Setelah dihitung dengan menggunakan rumus normalitas maka menghasilkan massa yang akan ditimbang sebanyak 0,07 gram. Kemudian ditambahkan dengan aquadest
sampai 30 mL. Hal ini sesuai dengan Anonim (2010), bahwa normalitas adalah jumlah larutan yang mengandung ekuivalen zat terlarut setiap volume larutan.
Larutan HCl 3% sebanyak 25 mL
Dibuat Larutan HCl 3% sebanyak 25 mL, yang diambil dari larutan HCl 36% (HCl yang tersedia). Untuk menentukan berapa yang harus dilarutkan dalam air. Pertama yang harus dicari adalah volume
awalnya. Setelah dihitung dengan menggunakan rumus pengenceran maka menghasilkan volume awal yang akan ditimbang
sebanyak 2,08 mL. Kemudian ditambah dengan aquadest sampai
volume 25 mL. Metode yang digunakan dalam pembuatan
larutan ini adalah metode pengenceran. Hal ini sesuai dengan
Assagaf (2005), bahwa pengenceran menyebabkan volume dan kemolaran larutan berubah, tetapi jumlah mol zat terlarut tetap.
H2SO4 0,5 M sebanyak 25 mL
Dibuat larutan H2SO4 0,5 M sebanyak 25 mL. Setelah dihitung menghasilkan yang akan ditimbang sebanyak 18,4 M. Kemudian ditambahkan dengan aquadest sampai 25 mL (diencerkan) dan menghasilkan volume awal sebanyak 0,67 mL. Dalam pembuatan larutan ini rumus yang digunakan adalah molaritas. Hal ini sesuai dengan
Anonim (2008a), bahwa molaritas adalah jumlah mol zat terlarut
dalam 1 liter larutan.
Na2SO4 1,5 N sebanyak 5 mL
Dibuat larutan Na2SO4 1,5 N sebanyak 5 mL. Setelah dihitung menghasilkan massa bahan yang akan ditimbang sebanyak 5,325 gram. Kemudian ditambahkan aquadest sampai 5 mL. Dalam pembuatan larutan ini rumus yang kita gunakan adalah rumus normalitas, sesuai dengan Anonim (2010), bahwa normalitas adalah jumlah larutan yang mengandung ekivalen zat terlarut setiap volume larutan.
Larutan NaOH 0,2 M sebanyak 30 mL
Dibuat larutan NaOH 0,2 M sebanyak 30 mL. NaOH yang digunakan adalah bentuk padatan, maka untuk melarutkan bahan dalam pelarut sebelumnya kita harus mengetahui massanya. Setelah dihitung dengan menggunakan rumus molaritas maka menghasilkan massa bahan yang akan ditimbang sebanyak 8 gram. Kemudian larutan tersebut
dimasukkan kedalam labu ukur dan ditambahkan dengan aquadest sampai 30 mL. Hal ini sesuai dengan Anonim (2008a), bahwa molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Larutan gula 75% sebanyak 50 mL menjadi 50% sebanyak 20 mL
Dibuat larutan gula 75% sebanyak 50 mL. Setelah dihitung menghasilkan massa yang akan ditimbang sebanyak 37,5 gram. Kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 50 mL. Setelah itu dilakukan pengenceran dari larutan gula 75% menjadi 50% sampai 20 mL. Hasil yang diperoleh dari pengenceran tadi adalah sebanyak 13 mL.
Larutan 75% gula yang telah dibuat sebelumnya dipipet dengan pipet volume. Dalam pembuatan larutan gula, berat harus diketahui, karena gula berbentuk padatan. Maka rumus yang digunakan adalah rumus konsentrasi larutan. Hal ini sesuai dengan Nachtrieb (2001), bahwa konsentrasi larutan dinyatakan secara kuantitatif dan kualitatif. Dimana kuantitatif adalah komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Sedangkan kualitatif adalah komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Alkohol 75% sebanyak 100 mL
Dibuat larutan alkohol 75% sebanyak 100 mL. Setelah dihitung menghasilkan volume yang akan ditimbang sebanyak 88,5 mL. Kemudian ditambahkan aquadest sampai 100 mL. Untuk mendapatkan larutan tersebut sebelumnya ditentukan massanya agar diketahui berapa yang akan dibutuhkan. Rumus yang digunakan dalam pembuatan larutan ini adalah pengenceran. Hal ini sesuai dengan Assagaf (2005), bahwa pengenceran menyebabkan volume dan kemolaran larutan berubah, tetapi jumlah mol zat terlarut tetap.

PENUTUP
Kesimpulan

Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Normalitas adalah jumlah larutan yang mengandung ekivalen zat terlarut setiap volume larutan.
Molalitas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut setiap kilogram pelarut.
Larutan adalah campuran homogen yang mengandung sekurang-kurangnya 2 komponen yaitu zat terlarut dan zat pelarut. Pelarut adalah zat yang umumnya berwujud cair yang jumlahnya lebih banyak, sedangkan terlarut adalah zat/komponen baik gas, cair maupun padatan yang jumlahnya lebih kecil.
Proses pembuatan larutan suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya disebut pengenceran.
Zat terlarut dan pelarut dapat diukur volume dan massanya tergantung dari wujud dan kepraktisan pengukurannya, oleh sebab itu rumus % b/b, % b/v, % v/v ini hendaknya dicantumkan untuk menyatakan % larutan.

Saran
Saran untuk asisten, sebaiknya asisten mendampingi praktikannya saat melakukan percobaan. Saran untuk praktikum selanjutnya sebaiknya sebelum praktikum dimulai, kelengkapan peralatan dan bahan yang akan digunakan lebih diperhatikan agar tidak menghambat jalannya praktikum. Saran untuk lab, lab sangat pengap sebaiknya jendela lab di buka.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim a, 2008. Molaritas. http://www.chem-is-try.org/materi-kimia/kimia
kesehatan/larutan/molaritas/. Akses tanggal 18 oktober 2010. Makassar.

Anonim b, 2008. Pelarutan dan Pengenceran. http:/ / www. Anehnie.
com / 2009 /07 /pelerutan –dan – pengenceran. html. Akses
tanggal 18 Oktober 2010. Makassar.

Anonim, 2010. Rumus Normalitas Konsentrasi Larutan. http:// blogious.com
/info/rumus-normalitas-konsentrasi-larutan.html. Akses
tanggal 18 Oktober 2010. Makassar.

Assagaf, Supardin. 2005. Mempelajari Kimia Dasar SMA. Balai pustaka.
Jakarta.

Baroroh, Umi L. U. 2004. Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.

Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya.
Nachtrieb, N.H. (2001) Prinsip-prinsip Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.
Rankers, 2010. Menentukan Massa atom. Universitas Indonesia. Jakarta.
Sukarni, Endang. 2008. Kimia Larutan. Universitas Indonesia Jakarta.

LAPORAN PEKTIN

LAPORAN PRAKTIKUM IV APLIKASI PERUBAHAN KIMIA PANGAN UJI KUALITATIF KANDUNGAN PEKTIN PADA BUAH LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN PENGAWASAN...